Samstag, Juni 03, 2006

Sejuta Cerita Samudraraksa 5

Melintasi katulistiwa: keunggulan ilmu maritim nenek moyang kita

Awak kapal Samudraraksa datang dari berbagai bangsa. Ada yang dari Australia, Selandia Baru, Inggris, Swedia, dan Prancis. Total ada 27 orang yang tergabung dalam eskpedisi ini, 10 orang diantaranya berkebangsaan Indonesia.Persahabatan antarbangsa pun muncul dengan tulus. Para awak kapal yang bule juga belajar makan mi instan. Mula-mula mereka tampak kagok juga nyantap mie instan. Tapi lama-lama kuat juga. Ekspedisi Borobudur tercatat menghabiskan 224 dus mi instan! Luar biasa.

Saat perjalanan itu memasuki bulan puasa, para bule juga membantu menyiapkan sahur atau penganan berbuka puasa. Saat lebaran, kapal Samudraraksa kebetulan sedang merapat di Cape Town, Afrika Selatan. Cuma sayangnya, di sana tidak ada masjid, sehingga awak kapal yang muslim tidak salat id. Untuk merayakan hari besar itu, mereka mengunjungi Taman Safari Hluhluwe. Dan sebagai pengganti ketupat, mereka membeli cake.

Bagi para pelaut Indonesia, mereka punya pantangan tertentu selama berlayar. Misalnya, awak kapal tak boleh berhubungan intim selama berlayar. Termasuk untuk pasangan suami-istri. Entah kebetulan entah memang kualat, kapal Samudraraksa berkali-kali mengalami kejadian tak mengenakkan saat pantangan itu dilanggar, kala menjalani leg ketiga. Dua kali propeler atau baling-baling patah, generator rusak, bahkan pernah pula tertabrak kapal saat bersandar di Pelabuhan St. Helena. Berkali-kali Samudraraksa harus merapat ke pelabuhan yang tak ada dalam jadwal.

Usut punya usut, ternyata ada awak kapal yang bersebadan. Karena berbeda latar belakang budaya, awak kapal yang bule tak peduli pantangan berhubungan intim saat berlayar. Itulah Pengalaman yang paling berharga dari perjalanan ini, kata Kapten Putu. Sehebat apa pun manusia, kadang ada hal-hal yang sulit dijelaskan namun terjadi. Sehingga larangan untuk berbuat hal-hal yang tidak semestinya, jangan sekali-kali dilanggar jika memang mau selamat.

Bagi pelaut tradisional pantangan-pantangan atau larangan yang digariskan orang-orang tua dulu selalu dicoba untuk dipatuhi. Salah satunya adalah menceritakan kejadian-kejadian aneh yang mungkin dialami di laut. "Memang suka ada yang aneh-aneh, tetapi kata orang- orang tua kalau semakin diceritain, yang aneh-aneh semakin banyak datang," kata Sudirman, awak kapal dari Pagerungan yang juga salah seorang tukang kayu pembuat kapal tersebut. Sudirman percaya betul ilmu laut yang dimiliki nenek moyang zaman dahulu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang kebanyakan dipunyai pelaut sekarang. Karena itu, dia tak heran kalau abad-abad lalu sudah ada perjalanan dari Indonesia ke Afrika. "Bukan masalah peralatan atau kapalnya yang lebih bagus, tetapi ilmunya yang lebih baik," demikian ujarnya.

Muhamad Abduh, awak kapal tertua yang berusia 50 tahun, mengaku sempat rindu dengan keluarga. Kendati berlayar adalah bagian dari hidupnya sebagai nelayan, suami dua istri, ayah enam anak, dan kakek dua cucu ini merasa perjalanannya kali ini luar biasa panjang. Abduh yang mempunyai hubungan darah dengan Sulhan dan kerabat Sudirman tak mempunyai cara khusus untuk membunuh rasa rindu. "Begitu kepikiran keluarga, langsung saya jalan-jalan di kapal. Ya, cuma itu yang saya bisa lakukan," katanya. Rokok dan kopi tak pernah absen dari menu sehari-hari yang dia nikmati selama perjalanan. "Minimal sehari tiga gelas kopi, rokok habis sebungkus sehari," ucapnya. Seperti Sulhan dan Sudirman, Abduh diikutsertakan dalam ekspedisi ini karena pengalamannya sebagai pelaut maupun selaku ahli pembuat kapal.

Di leg keempat, menjelang masuk Acra, sebagian awak kapal menjalani ritus yang biasa dilakukan para pelaut saat melintasi garis khatulistiwa. Dari 15 awak kapal, hanya lima orang yang pernah melewati garis khatulistiwa. Mereka inilah yang kemudian memimpin upacara khusus. Muhammad Abduh menjadi Raja Neptunus. Sedangkan Kapten Putu berperan sebagai bangsawan.

Para pelaut pemula disuruh makan nasi basi dicampur dengan segala macam sayuran. Minumannya adalah Nutrisari dicampur air laut dan sambal botol. Rasanya tentu tak keruan. Anehnya, tidak ada di antara para peserta upacara yang mabuk. Mungkin karena perasaan senang telah melewati garis khatulistiwa. Sebagai penutup upacara, rambut mereka dipotong sedikit, tanda telah menjadi pelaut tulen.


Dari Borobudur kembali ke Borobudur

Setelah melakukan perjalanan bersejarahnya sejak 15 Agustus 2003 hingga 23 Februari 2004, kapal Samudraraksa akhirnya menjadi kenangan. Setelah mengarungi lautan selama hampir tujuh bulan, kapal ini dimuseumkan dan menjadi warisan kekayaan bangsa. Tempat peristirahatan terakhir Samudraraksa terletak di taman Candi Borobudur. Pemilihan Borobudur sebagai lokasi museum bukanlah tanpa alasan. Seperti namanya, yaitu ekspedisi Borobudur, kapal ini berawal dari Borobudur dan berakhir di Borobudur.

Dampak positif ekspedisi Borobudur tersebut jelas sangat besar. Selain menumbuhkan kebanggan maritim kepada bangsa Indonesia, juga berdampak nyata terhadap dunia pariwisata. Harian Balipos pada tanggal 31 Desember 2003 melaporkan adanya peningkatan arus kunjungan turis Afrika untuk berlibur ke Indonesia, terutama Bali sebagai tujuan wisata yang paling banyak digemari.


Sumber:

[1] The Borobudur Ship Expedition, official website: http://www.borobudurshipexpedition.com/
[2] Ekspedisi Kapal Borobudur Tingkatkan Kunjungan Turis Afrika ke Bali. Harian Balipos, 31 Desember 2003.
[3] Ekspedisi Kapal Borobudur Dapat Memberdayakan Budaya. Majalah Tempo, 03 Juli 2003.
[4] Ekspedisi Borobudur Napak Tilas Memperkaya Batin. Majalah Gatra edisi 20, 26 Maret 2004.
[5] Ekspedisi Mimpi Mereka-reka Sejarah! Harian Kompas, 16 Agustus 2003.
[6] Niken Maharani, Gagah Berani Mengarungi Samudra. Harian Kompas, 08 Maret 2004.
[7] Pelabuhan Terakhir Samudraraksa di Borobudur. Harian Republika, 26 Agustus 2005.
[8] Perahu Zig-zag Melawan Angin. Harian Kompas, 30 Oktober 2003.

1 Comments:

At 12:44 PM, Anonymous Anonym said...

ikutan kompetisi websita muda kompas - im3. brooooo........
gratis kok........

 

Kommentar veröffentlichen

<< Home